Powered By Blogger

Sabtu, 10 Maret 2012

Sejarah Perkembangan Filsafat

Sejarah Perkembangan Filsafat
A. Zaman Yunani
Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting 
dalam sejarah peradaban manusia karena pada waktu itu terjadi 
perubahan pola pikir mitosentris (pola pikir masyarakat yang sangat 
mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti 
gempa bumi dan pelangi). Gempa bumi tidak dianggap fenomena 
alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang menggoyangkan 
kepalanya. Namun, ketika filsafat diperkenalkan, fenomena alam 
tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas 
alam yang terjadi secara kausalitas.  

Filosof alam pertama yang mengkaji tentang asal usul alam 
adalah Thales (624-546 SM) mempertanyakan “Apa sebenarnya asal 
usul alam semesta ini?” Ia mengatakan asal alam adalah air karena 
air unsur penting bagi setiap makhluk hidup, air dapat berubah 
menjadi benda gas, seperti uap dan benda dapat, seperti es, dan bumi 
ini juga berada di atas air.  
Sedangkan Heraklitos mempunyai kesimpulan bahwa yang 
mendasar dalam alam semesta ini adalah bukan bahannya, melainkan 
aktor dan penyebabnya, yaitu api. Api adalah unsur yang paling asasi 
dalam alam karena api dapat mengeraskan adonan roti dan di sisi 
lain dapat melunakkan es. Artinya, api adalah aktor pengubah dalam 
alam ini, sehingga api pantas dianggap sebagai simbol perubahan itu 
sendiri.
Pythagoras (580-500 SM) berpendapat bahwa bilangan 
adalah unsur utama dari alam dan sekaligus menjadi ukuran. Unsur 
bilangan merupakan juga unsur yang terdapat dalam segala sesuatu. 
Unsur-unsur bilangan itu adalah genap dan ganjil, terbatas dan tidak 
terbatas. Menurut Abu Al Hasan Al Amiri, seorang filosof muslim 
Phitagoras belajar geometri dan matematika dari orang-orang mesir 
(Rowston, dalam Kartanegara, 2003).  
Filosof alam ternyata tidak dapat memberikan jawaban yang 
memuaskan, sehingga timbullah kaum “sofis”. Kaum  sofis ini 
memulai kajian tentang manusia dan menyatakan bahwa ini memulai 
kajian tentang manusia dan menyatakan bahwa manusia adalah 
ukuran kebenaran. Tokoh utamanya adalah Protagoras (481-411 
SM). Ia menyatakan bahwa “manusia” adalah ukuran kebenaran. 
Ilmu juga mendapat ruang yang sangat kondusif dalam pemikiran 
kaum sofis karena mereka memberi ruang untuk berspekulasi dan 
sekaligus merelatifkan teori ilmu, sehingga muncul sintesa baru. 
Socrates, Plato, dan Aristoteles menolak relativisme kaum  sofis.
Menurut mereka, ada kebenaran obyektif yang bergantung kepada 
manusia.
Periode setelah Socrates disebut dengan zaman keemasan filsafat 
Yunani karena pada zaman ini kajian-kajian yang muncul adalah 
perpaduan antara filsafat alam dan filsafat tentang manusia. Tokoh yang 
sangat menonjol adalah Plato (429-347 SM), yang sekaligus murid 
Socrates. Menurutnya, kebenaran umum itu ada bukan dibuat-buat 
bahkan sudah ada di alam idea.  
Puncak kejayaan filsafat Yunani terjadi pada masa Aristoteles  
(384-322 SM). Ia murid Plato, berhasil menemukan pemecahan persoalanpersoalan besar filsafat yang dipersatukannya dalam satu sistem: logika, 
matematika, fisika, dan metafisika. Logika Aristoteles berdasarkan pada 
analisis bahasa yang disebut silogisme. Pada dasarnya  silogisme terdiri 
dari tiga premis:
- Semua manusia akan mati (premis mayor).
- Socrates seorang manusia (premis minor).
- Socrates akan mati (konklusi).
Aristoteles dianggap bapak ilmu karena dia mampu meletakkan 
dasar-dasar dan metode ilmiah secara sistematis.  

B. Zaman Islam  
Islam tidak hanya mendukung adanya kebebasan intelektual, 
tetapi juga membuktikan kecintaan umat Islam terhadap ilmu pengetahuan dan 
sikap hormat mereka kepada ilmuwan, tanpa memandang agama mereka. 
Periode antara 750 M dan 1100 M adalah abad masa keemasan dunia 
Islam. Plato dan Aristoteles telah memberikan pengaruh yang besar pada 
mazhab-mazhab Islam, khususnya mazhab Peripatetik.
Al Farabi sangat berjasa dalam mengenalkan dan mengembangkan 
cara berpikir logis (logika) kepada dunia Islam. Berbagai karangan 
Aristoteles seperti Categories, Hermeneutics, First, dan Second Analysis
telah diterjemahkan Al Farabi ke dalam bahasa Arab. Al Farabi telah 
membicarakan berbagai sistem logika dan cara berpikir deduktif maupun 
induktif. Di samping itu beliau dianggap sebagai peletak dasar pertama 
ilmu musik dan menyempurnakan ilmu musik yang telah dikembangkan 20
sebelumnya oleh Phytagoras. Oleh karena jasanya ini, maka Al Farabi 
diberi gelar Guru Kedua, sedang gelar Guru Pertama diberikan kepada 
Aristoteles.
Kontribusi lain dari Al Farabi yang dianggap cukup bernilai adalah 
usahanya mengklasifikasi ilmu pengetahuan. Al Farabi telah memberikan 
defenisi dan batasan setiap ilmu pengetahuan yang berkembang pada 
zamannya. Al Farabi mengklasifikasi ilmu ke dalam tujuh cabang yaitu: 
logika, percakapan, matematika, fisika, metafisika, politik, dan ilmu fiqih 
(hukum).
Ilmu percakapan dibagi lagi ke dalam tujuh bagian yaitu: bahasa, 
gramatika, sintaksis, syair, menulis, dan membaca. Bahasa dalam ilmu 
percakapan dibagi dalam: ilmu kalimat mufrad, preposisi, aturan penulisan 
yang benar, aturan membaca dengan benar, dan aturan mengenai syair 
yang baik.  Ilmu logika dibagi dalam 8 bagian, dimulai dengan kategori 
dan diakhiri dengan syair (puisi). Matematika dibagi dalam tujuh bagian.  
Metafisika dibagi dalam dua bahasan, bahasan pertama mengenai 
pengetahuan tentang makhluk dan bahasan kedua mengenai filsafat ilmu. 
Politik dikatakan sebagai bagian dari ilmu sipil dan menjurus pada etika 
dan politika. Perkataan  politieia yang berasal dari bahasa Yunani 
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab menjadi madani, yang berarti sipil 
dan berhubungan dengan tata cara mengurus suatu kota. Kata ini 
kemudian sangat populer digunakan untuk menyepadankan istilah 
masyarakat sipil menjadi masyarakat madani. Ilmu agama dibagi dalam 
ilmu fiqih dan imu ketuhanan/kalam (teologi). 
Buku Al Farabi mengenai pembagian ilmu ini telah diterjemahkan ke 
dalam bahasa Latin untuk konsumsi bangsa Eropa dengan judul  De
Divisione Philosophae. Karya lainnya yang telah diterjemahkan ke dalam 
bahasa Latin berjudul  De Scientiis atau  De Ortu Scientearum. Buku ini 
mengulas berbagai jenis ilmu seperti ilmu kimia, optik, dan geologi. Al 
Farabi (w.950) terkenal dengan doktrin  wahda al wujud membagi 
hierarki wujud yaitu (1) dipuncak hierarki wujud adalah Tuhan yang 
merupakan sebab bagi keberadaan yang lain, (2) para malaikat di 
bawahnya yang merupakan sebab bagi keberadaan yang lain, (3) benda-
benda langit (angkasa), (4) benda-benda bumi. Al Farabi memiliki sikap 
yang jelas karena ia percaya pada kesatuan filsafat dan bahwa tokohtokoh filsafat harus bersepakat di antara mereka sepanjang yang menjadi 
tujuan mereka adalah kebenaran.
Filosof lain yang terkenal adalah Ibnu Sina dikenal di Barat dengan 
sebutan Avicienna. Selain sebagai seorang filosof, ia dikenal sebagai 
seorang dokter dan penyair. Ilmu pengetahuan yang ditulisnya banyak 
ditulis dalam bentuk syair. Bukunya yang termasyhur Canon, telah diterjemahkan 
ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona di Toledo. Buku ini 
kemudian menjadi buku teks (text book) dalam ilmu kedokteran yang 
diajarkan pada beberapa perguruan tinggi di Eropa, seperti Universitas 
Louvain dan Montpelier. Dalam kitab  Canon, Ibnu Sina telah menekankan 
betapa pentingnya penelitian eksperimental untuk menentukan khasiat 
suatu obat. Ibnu Sina menyatakan bahwa daya sembuh suatu jenis obat 
sangat tergantung pada ketepatan dosis dan ketepatan waktu pemberian. 
Pemberian obat hendaknya disesuaikan dengan kekuatan penyakit. 
Kitab lainnya berjudul Al Shifa diterjemahkan oleh Ibnu Daud (di 
Barat dikenal dengan nama Avendauth Ben Daud) di Toledo. Oleh 
karena Al Shifa sangat tebal, maka bagian yang diterjemahkan oleh Ibnu 
Daud terbatas pada pendahuluan ilmu logika, fisika, dan  De Anima. Ibnu 
Sina membagi filsafat atas bagian yang bersifat teoretis dan bagian yang 
bersifat praktis. Bagian yang bersifat teoretis meliputi: matematika, 
fisika, dan metafisika, sedang bagian yang bersifat praktis meliputi:  
politik dan etika.   
Ibnu Sina, mengatakan alam pada dasarnya adalah potensi 
(mumkin al wujud) dan tidak mungkin bisa mengadakan dirinya sendiri 
tanpa adanya Tuhan. Ibnu Sina mengelompokkan ilmu dalam tiga macam 
yakni (1) obyek-obyek yang secara niscaya tidak berkaitan dengan materi 
dan gerak (metafisik),  (2) obyek-obyek yang senantiasa berkaitan dengan 
materi dan gerak (fisika), (3) obyek-obyek yang pada dirinya immateriel 
tetapi kadang melakukan kontak dengan materi dan gerak (matematika). 
Ibn Khaldun dalam kitabnya  Al Muqaddimah membagi 
metafisika dalam lima bagian.  
Bagian pertama berbicara tentang hakikat 
wujud (ontologi). Dari sini muncul dua aliran besar yakni eksistensialis
(tokoh yang terkemuka adalah Ibnu Sina dan Mhulla Shadra) dan 
esensialis (tokoh yang terkemuka adalah Syaikh Al Israq, Suhrawardi).  
Berikutnya Ibn Khaldun membagi ilmu matematika ke dalam empat 
subdivisi yakni (1) geometri; trigonometrik dan kerucut, surveying tanah, 
dan optik. Sarjana muslim terutama Ibn Haitsam telah banyak 
mempengaruhi sarjana barat termasuk Roger Bacon, Vitello dan Kepler 
(2)Aritmetika; seni berhitung/hisab, aljabar, aritmatika bisnis dan faraid
(hukum waris),  (3) musik, (4) astronomi. 
Dalam bidang ilmu mineral, dikenal karya Al Biruni yang 
berjudul Al Jawahir (batu-batu permata), selain itu pada abad ke-11 Al 
Biruni dikenal sebagai The master of observation di bidang geologi dan 
geografi karena Al Biruni berusaha mengukur keliling bumi melalui 
metode eksperimen dengan menggabungkan metode observasi dan teori 
trigonometri. Akhirnya ia sampai pada kesimpulan bahwa keliling bumi 
adalah 24.778,5 mil dengan diameter 7.878 mil. Tentu saja ini merupakan 
penemuan luar biasa untuk masa itu, dengan ukuran modern saja yaitu 
24.585 mil (selisih ± 139 mil) dengan diameter 7.902 mil.  
Dalam bidang ilmu farmakologi dan medis dikenal karya Ibnu 
Sina yakni  Al Qanun fi al Thibb dan  Al Hawi oleh Abu Bakr Al Razi, 
bidang nutrisi dikenal karya Ibn Bathar yakni  Al Jami Li Mufradat Al 
Adawiyyah wa Al Aghdziyah, di bidang zoologi dikenal karya Al Jahizh 
yang berjudul  Al Hayawan dan  Hayat Al Hayawan oleh Al Damiri. Di 
Andalusia terkenal seorang ahli bedah muslim, Ibn Zahrawi yang telah 
mencitakan ratusan alat bedah yang sudah sangat maju untuk ukuran 
zamannya.
Filosof lainnya adalah Al Kindi, yang dianggap sebagai filosof 
Arab pertama yang mempelajari filsafat. Ibnu Al Nadhim mendudukkan 
Al Kindi sebagai salah satu orang termasyhur dalam filsafat alam 
(natural philosophy). Buku-buku Al-Kindi membahas mengenai berbagai 
cabang ilmu pengetahuan seperti geometri, aritmatika, astronomi, musik, 
logika dan filsafat. Ibnu Abi Usai’bia menganggap Al-Kindi sebagai 
penerjemah terbaik kitab-kitab ilmu kedokteran dari bahasa Yunani ke 
dalam bahasa Arab. Di samping sebagai penerjemah, Al Kindi menulis 
juga berbagai makalah. Ibnu Al Nadhim memperkirakan ada 200 judul 
makalah yang ditulis Al Kindi dan sebagian di antaranya tidak dapat 
dijumpai lagi, karena raib entah kemana. Nama Al Kindi sangat masyhur 
di Eropa pada abad pertengahan. Bukunya yang telah disalin ke dalam 
bahasa Latin di Eropa berjudul  De Aspectibus berisi uraian tentang 
geometri dan ilmu optik, mengacu pada pendapat Euclides, Heron, dan 
Ptolemeus. Salah satu orang yang sangat kagum pada berbagai tulisannya 
adalag filosof kenamaan Roger Bacon.  
Filosof lainnya adalah Ibnu Rushd yang lahir dan dibesarkan di 
Cordova, Spanyol, meskipun seorang dokter dan telah mengarang buku 
ilmu kedokteran berjudul  Colliget, yang dianggap setara dengan kitab 
Canon karangan Ibnu Sina, lebih dikenal sebagai seorang filosof. 
Ibnu Rushd telah menyusun 3 komentar mengenai Aristoteles, 
yaitu: komentar besar, komentar menengah, dan komentar kecil. Ketiga 
komentar tersebut dapat dijumpai dalam tiga bahasa: Arab, Latin, dan Yahudi. 
Dalam komentar besar, Ibnu Rushd menuliskan setiap kata dalam  Stagirite
karya Aristoteles dengan bahasa Arab dan memberikan komentar pada 
bagian akhir. Dalam komentar menengah ia masih menyebut-nyebut 
Aritoteles sebagai  Magister Digit, sedang pada komentar kecil filsafat 
yang diulas murni pandangan Ibnu Rushd. 
Pandangan Ibnu Rushd yang menyatakan bahwa jalan filsafat 
merupakan jalan terbaik untuk mencapai kebenaran sejati dibanding jalan 
yang ditempuh oleh ahli agama, telah memancing kemarahan pemukapemuka agama, sehingga mereka meminta kepada khalifah yang 
memerintah di Spanyol untuk menyatakan Ibnu Rushd sebagai atheis.  
Sebenarnya apa yang dikemukakan oleh Ibnu Rushd sudah dikemukakan 
pula oleh Al Kindi dalam bukunya Falsafah El Ula  (First Philosophy).
Al Kindi menyatakan bahwa kaum fakih tidak dapat menjelaskan 
kebenaran dengan sempurna, oleh karena pengetahuan mereka yang tipis 
dan kurang bernilai  (Haeruddin, 2003). 
C. Kemajuan Ilmu Zaman Renaisans dan Modern
Pada zaman modern paham-paham yang muncul dalam garis 
besarnya adalah rasionalisme, idealisme, dan empirisme. Paham 
rasionalisme mengajarkan bahwa akal itulah alat terpenting dalam 
memperoleh dan menguji pengetahuan. Paham idealisme mengajarkan 
bahwa hakikat fisik adalah jiwa, spirit. Ide ini merupakan ide Plato yang 
memberikan jalan untuk mempelajari paham idealisme zaman modern. 
Paham empirisme dinyatakan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran kita 
selain didahului oleh pengalaman. 
Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan 
dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Zaman 
yang menyaksikan dilancarkannya tantangan gerakan reformasi terhadap 
keesaan dan supremasi Gereja Katolik Roma, bersamaan dengan 
berkembangnya Humanisme. Zaman ini juga merupakan penyempurnaan 
kesenian, keahlian, dan ilmu yang diwujudkan dalam diri jenius serba bisa, 
Leonardo da Vinci. Penemuan percetakan (kira-kira 1440 M) dan ditemukannya 
benua baru (1492 M) oleh Columbus memberikan dorongan lebih keras 
untuk meraih kemajuan ilmu. Kelahiran kembali sastra di Inggris, 
Perancis dan Spanyol diwakili Shakespeare, Spencer, Rabelais, dan 
Ronsard. Pada masa itu, seni musik juga mengalami perkembangan. 
Adanya penemuan para ahli perbintangan seperti Copernicus dan Galileo 
menjadi dasar bagi munculnya astronomi modern yang merupakan titik 
balik dalam pemikiran ilmu dan filsafat.
Bacon adalah pemikir yang seolah-olah meloncat keluar dari 
zamannya dengan melihat perintis filsafat ilmu. Ungkapan Bacon yang 
terkenal adalah  Knowledge is Power (Pengetahuan adalah kekuasaan). 
Ada tiga contoh yang dapat membuktikan pernyataan ini, yaitu:  mesin
menghasilkan kemenangan dan perang modern,  kompas memungkinkan 
manusia mengarungi lautan,  percetakan yang mempercepat penyebaran 
ilmu.
Lahirnya Teori Gravitasi, perhitungan Calculus dan Optika 
merupakan karya besar Newton. Teori Gravitasi Newton dimulai ketika 
muncul persangkaan penyebab planet tidak mengikuti pergerakan lintas 25
lurus, apakah matahari yang menarik bumi atau antara bumi dan matahari 
ada gaya saling tarik menarik.
Teori Gravitasi memberikan keterangan, mengapa planet tidak 
bergerak lurus, sekalipun kelihatannya tidak ada pengaruh yang memaksa 
planet harus mengikuti lintasan elips. Sebenarnya, pengaruhnya ada, 
tetapi tidak dapat dilihat dengan mata dan pengaruh itu adalah Gravitasi, 
yaitu kekuatan yang selalu akan timbul jika ada dua benda yang saling 
berdekatan.
Perkembangan ilmu pada abad ke-18 telah melahirkan ilmu 
seperti taksonomi, ekonomi, kalkulus, dan statistika. Di abad ke-9 lahir 
semisal farmakologi, geofisika, geormopologi, palaentologi, arkeologi, 
dan sosiologi. Abad ke-20 mengenal ilmu teori informasi, logika 
matematika, mekanika kwantum, fisika nuklir, kimia nuklir, radiobiologi, 
oceanografi, antropologi budaya, psikologi, dan sebagainya.  
D. China, India, dan Jepang 
Peradaban India yang pada awal telah mencapai teknologi tingkat 
tinggi. Kontak Eropa dengan peradaban India sebagian besar melalui 
sumber berbahasa Arab. Jelas terlihat matematika India dengan sistem 
bilangan dan perhitungannya yang telah mempengaruhi aljabar Arab dan 
melengkapi angka utama Arab. Tetapi ciri khasnya adalah pemikiran 
dengan kesadaran yang tinggi. 
Peradaban Cina, hingga zaman renaisans peradaban Cina jauh 
lebih maju dibanding Barat. Menurut Francis Bacon, Tranformasi masyarakat 
Eropa banyak berasal dari Cina seperti kompas magnetik, bubuk mesiu, 
dan mesin cetak. Namun Eropa tidak pernah menyadari hutang budinya 
kepada Cina. Kegagalan Cina dalam membuat perkembangan ilmu dan 
teknologi adalah  filsafat yang ada lebih berlaku praktis ketimbang 
prinsip-prinsip abstrak, filsafat yang ada didasarkan analogi-analogi 
harmonis dan organis serta pedagang sebagai kelas yang tidak dapat 
dipercaya, sehingga ciri renaisans yang terjadi di Eropa tidak terjadi di 
Cina.26
Peradaban Jepang selama beberapa abad terimbas dari kultur 
Cina. Pada awal abad ke-17 memutuskan untuk menutup pintu dari 
pengaruh-pengaruh yang dianggap membahayakan. Awal abad ke-19 
memutuskan berasimilasi ke bangsa luar dan melaksanakan dengan 
sungguh. Saat ini satu sisi Jepang hidup dengan teknologi yang tinggi 
akan tetapi tetap mengikuti tradisi sosial yang kuno seperti bangsa Cina

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons